Remembering Tomorrow  

Posted by vathan_t34r5 in

03.00 p.m yang terlihat pada jam digital di pojok kanan PC pria bercelana pendek dan oblong putih yang tampak sangat serius menatap monitor. Entah apa yang dikerjakannya, tapi sepertinya dia benar-benar tenggelam bahkan mungkin hanya sesekali saja dia tampak menghisap rokok putih yang dibiarkan saja tergeletak di asbak.

“Hei Reno!! Aku duluan yah”, Tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya.

“Oh, iya...duluan aja ngga..aku nyusul sebentar lagi deh, tanggung tinggal satu bait”, sahut Reno pada temannya Angga tanpa memindahkan pandangannya.

“Kayaknya serius banget puisinya nih? Hahaha....”, tanyanya, “Ok, I’m off!! Seeya tomorrow..” Lanjut angga sambil berlalu.

Reno masih diam tak menyahut lagi kata-kata Angga, dia kembali tenggelam dalam puisi yang sedang dibuatnya.

Tampak nyata atau sandiwara?

Sekedar ilusi atau benar rasa

Terkadang, seakan nyata tapi tak tercipta....

Lirih.....

Berbisik....hanya berbisik halus....

Cuma sekilas aroma yang melintas

Membelai...menyentuh ari...

Tapi menggambarkan satu hal jelas di otakku...

Takjub...

Sejurus kemudian sebuah dering handphone kembali menghentikan Reno, dia berdiri dan bergegas mengambilnya.

“iya,na..?”, suara Reno halus.

Kamu belum tidur?”, terdengar suara wanita di seberang sana.

“Belum, mungkin sebentar lagi”, Reno menjawab halus.

“Kamu kurang istirahat, nanti sakit lho?”, jawab suara itu dengan nada khawatir.

“Iya, sebentar lagi, aku janji, kamu ga usah khawatir ok?”, Reno menenangkan.

“Ok kalau gitu, aku mau tidur lagi deh, bye Ren...”, Suara itu menyahut.

“Bye....na...”, jawab Reno sembari menutup panggilan itu dan kembali ke puisinya.

“Huft...sampai dimana tadi???”, gumam Reno.

“Oh iya...lanjuuuuut!!”, Reno tampak senang, sepertinya dia menemukan kembali potongan yang tadi sempat hilang karena Angga yang pamit dan telepon dari Nana.

Keheningan yang mendamaikan tentunya

Mengingatkanku bahwa aku yang Engkau kasihi

Biarkan malam ini jadi milikku

Kupeluk hingga pagi menyambutku

Tersenyum....

Reno menyandarkan badannya di kursi sambil melamun, jemari tangan kirinya memutar-mutar rokok yang dari tadi dibiarkannya tergeletak. Reno menengadah, dia sedang berpikir, menerawang jauh menembus langit yang tak berbatas, sepertinya beban berat sedang menunggunya. Beberapa saat kemudian dia berdiri dan memutuskan menyimpan yang telah diketiknya. Lamunannya tak diizinkan untuk merusak hatinya. Dia teringat kata-kata Nana,

Mungkin ada benarnya juga aku harus istirahat”, dia berbicara sendiri.

Setelah menyimpan puisinya dan mematikan PC yang telah menemaninya dengan alunan piano dari Gonzalo Rubalcaba, dia bersiap-siap untuk beristirahat, mempersiapkan dirinya untuk aktivitas esok hari.